Ada orang yang bertanya apa yang dikerjakan Tuhan sebelum terjadinya Big-Bang? Atau pertanyaan apakah Tuhan masih terus mencipta setelah alam semesta ini ada?
Pertanyaan menarik semacam ini bisa timbul tidak lain karena kita selalu saja menganggap bahwa dzat Tuhan adalah semacam materi yang terkungkung dalam media Ruang-Waktu, akibatnya kita terperangkap pada fikiran bahwa pada Tuhan berlaku ukuran Waktu.
Ruang-Waktu dan Jagat Raya ini mulai meluas dari satu titik kecil pada ledakan super dahsyat Big-Bang yang terjadi sekitar 15 miliar tahun yang lalu.
Big-Bang terjadi atas kehendak Tuhan, bahkan terciptanya Ruang-Waktu pada peristiwa Big-Bang adalah bagian dari rencana Tuhan, jadi adalah tidak mungkin Tuhan berada didalam Ruang-Waktu.
Eksistensi Tuhan tidak membutuhkan media Ruang-Waktu, itu jelas sekali karena Ruang-Waktu mempunyai awal dan mempunyai Akhir, sedang Tuhan adalah abadi.
Karena Tuhan ‘diluar’ Waktu, maka bagi-Tuhan dahulu, sekarang, atau nanti adalah tidak berbeda, bahkan jauh atau dekat adalah sama saja, semuanya dalam genggam kekuasaan Tuhan.
Lebih jauh lagi, Konsekuensi logis berikut akan menyadarkan anda betapa sangat terbatasnya akal kita, eksis ‘diluar’ Waktu akan mempunyai berderet konsekuensi logis sebagai berikut:
• tidak ada Sebelum dan Sesudah
• tidak ada proses, karena proses adalah perubahan kondisi terhadap waktu
• tidak ada gerak, karena gerak adalah perubahan posisi terhadap waktu
Demikian juga tidak pernah kita fikirkan sebelumnya konsekuensi logis dari eksis ‘diluar’ Ruang, sebagai berikut:
• tidak ada disana atau disini
• tidak ada jauh atau dekat
• tidak ada jarak
Konsekuensi tersebut tidak bisa dinalar oleh fikiran kita, disinilah batas pemikiran manusia. Karena semua logika kita, dan hukum-hukum alam yang kita kenal selama ini semuanya berbasis Ruang-Waktu.
Dengan pemahaman seperti ini maka berbagai pertanyaan seperti tersebut diatas tidak lagi perlu dijawab, karena pertanyaan itu sendiri sudah tidak pantas ditujukan pada Tuhan, Subhanallah..
Wallahu’alam bishowab
15-February-2003
Ardian Abu Hanifah