Ada pertanyaan menarik yang sering ditanyakan orang: Benarkah segala sesuatu di Alam Semesta ini, termasuk nasib Manusia telah ditentukan?
Pertanyaan tersebut menjadi menarik karena apapun jawabannya bisa membawa konsekuensi logis yang cukup signifikan untuk mempengaruhi fikiran, pemahaman bahkan perilaku manusia.
“.. dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz)”
(QS. Al An’aam, Ayat: 59)
Ada suatu kaum yang berpendapat bahwa Manusia tidak memiliki kehendak bebas. Segala yang diperbuatnya telah ditentukan sebelumnya atas kuasa takdir. Artinya setiap perbuatan yang dikerjakan manusia tidak berdasarkan kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan atas kehendak-Nya, di sini manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat, karena tidak memiliki kemampuan.
Pendapat ini tidak bisa disalahkan begitu saja, karena mempunyai argumen dan ada dasarnya, namun di hati kecil kita akan berkata bahwa jika benar demikian berarti Tuhan tidak fair jika nanti meminta pertanggung-jawaban atas apa yang telah kita perbuat, padahal Tuhan harusnya Maha Bijaksana dan Maha Adil..
Ada juga kaum lain yang berpendapat sebaliknya bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbutannya. Dengan demikian bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat. Pendapat ini menempatkan manusia berkuasa melakukan perbuatan apapun sesuai kehendaknya sendiri tanpa tergantung dari kehendak Tuhan, padahal kehendak bebas manusia adalah terbatas. Apapun yang kita kehendaki tidak semuanya akan terjadi karena banyak tergantung pada hal-hal lain diluar kuasanya.
Pandangan Sains terhadap Takdir
Takdir meliputi semua ketetapan Allah tentang Jagat Raya, mulai dari tetapan-tetapan fundamental Alam seperti laju cahaya, Konstanta Plank, muatan elektron, massa proton, dsb. Tidak terkecuali termasuk desain DNA semua mahkluk hidup, termasuk manusia.
“Dia Allah yang menciptakan segala sesuatu, lalu Dia menetapkan atasnya qadar (ketetapan) dengan sempurna”
(QS. Al-Furqan, Ayat:2)
Takdir juga meliputi Hukum-hukum fundamental mengenai gaya dasar di Alam Semesta seperti gaya Gravitasi, gaya Elektromagneik, gaya Nuklir kuat serta gaya Nuklir lemah. Hukum-hukum Alam, dari yang kelihatannya sederhana seperti air yang harus membeku pada suhu 0° C dan mendidih lalu menguap pada suhu 100° C, sampai proses pembakaran gas Hidrogen dan gas Helium menjadi energi panas sampai ribuan derajad celsius pada inti bintang. Begitu juga semua perilaku alam baik Micro Cosmos seperti Susunan Materi, Atom, Elektron, Proton, partikel elementer Quark maupun alam Macro Cosmos seperti Bulan yang mengitari Bumi, Bumi dan semua planet yang mengitari Matahari, Matahari yang mengitari inti Galaksi Bima Sakti, dan Galaksi-galaksi yang berputar mengelilingi Black-hole ..
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.dan matahari berjalan di orbitnya. Demikian itulah taqdir yang ditentukan oleh Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”
(QS. Yasin, Ayat: 37-38)
Seperti tertulis di kitab suci, bahwa segala kejadian di Jagat Raya ini telah tertulis dikitab induk yang nyata, bahkan awal kejadian dan akhir Alam Semesta ini juga tertulis di kitab induk tersebut. Dari sinilah perlu dipahami, karena kejadian Alam Semesta ini dimulai pada dentuman besar Big-Bang, bersama terbentuknya Ruang-Waktu. Ini membawa konsekuensi logis bahwa kitab induk tersebut harusnya eksis ‘diluar’ Ruang-Waktu.
![](https://ardijanh.wordpress.com/wp-content/uploads/2014/02/langit.jpg?w=627)
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?”
(QS. Nuh, Ayat: 15)
Walaupun eksistensi kitab Induk tersebut ‘diluar’ Ruang-Waktu namun eksistensinya tentu masih dibawah langit eksistensi Tuhan, karena kitab induk adalah ciptaan Tuhan.
Kehendak Bebas Manusia
Kitab induk eksis diluar Ruang-Waktu, diluar Waktu berarti tidak ada konsep Sebelum, Sesudah, Dulu, Sekarang dan Akan Datang, semua tidak ada bedanya.
![](https://ardijanh.wordpress.com/wp-content/uploads/2014/02/nebula.jpg?w=627)
Kalaupun dipaksakan untuk me-Waktu-kan maka pengertiannya akan menjadi seperti berikut:
Takdir sebenarnya sudah, sedang, dan sekaligus akan tertulis di kitab induk yang nyata..
Ketika di Syam terjadi wabah, Umar ibn Al-Khaththab yang ketika itu bermaksud berkunjung ke sana membatalkan rencana beliau, dan ketika itu ada seorang bertanya: “Apakah Anda menghindar dari takdir Tuhan?” Umar r.a. menjawab, “Saya menghindari takdir dan memilih takdir Nya yang lain.”
Jadi pada hakekatnya manusia punya kebebasan untuk memilih kemana Takdir-nya akan mengalir. Tuhan memberikan akal, memberikan User Guide kehidupan berupa kitab suci, menurunkan nabi nabi untuk membimbing manusia menunjukkan mana jalan yang sesat dan mana jalan yang benar, pada akhirnya pilihan itulah yang diminta pertanggungjawabannya di hadapan Tuhan nanti.
Jika Tuhan mempunyai kehendak bebas yang tak terbatas, maka kehendak bebas manusia adalah terbatas, karena untuk mewujudkan kehendaknya masih tergantung pada banyak faktor diluar kuasa manusia. Jadi benarlah kata ungkapan yang sering kita dengar : Manusia hanya bisa berusaha, Tuhanlah yang menentukan ..
Wallahu’alam bishowab
29-Nopember-2006
Ardian Abu Hanifah
Reference:
- Nasution, Harun, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: UI-Press, 1986).
- http://www.mutiaraislam.web.id/2013/01/iman-kepada-qadha-dan-qadar.html